Daftar Lengkap: Siapa Saja Pelatih MU Setelah Ferguson?

by Jhon Lennon 56 views

Era Sir Alex Ferguson di Manchester United adalah masa keemasan yang sulit untuk dilupakan. Setelah pensiunnya sang legenda, kursi kepelatihan Setan Merah menjadi sangat panas. Pertanyaannya, siapa saja sih mantan pelatih MU setelah Ferguson? Yuk, kita bahas satu per satu!

David Moyes: The Chosen One yang Tak Bertahan Lama

David Moyes, namanya sempat melambung tinggi ketika ditunjuk sebagai pengganti Sir Alex Ferguson pada tahun 2013. Dengan julukan "The Chosen One", ekspektasi terhadapnya sangatlah besar. Sayangnya, Moyes gagal memenuhi harapan tersebut. Taktik yang dianggap kurang fleksibel dan kesulitan beradaptasi dengan tekanan di Old Trafford membuatnya hanya bertahan kurang dari satu musim.

Moyes didatangkan dari Everton, di mana ia telah membangun reputasi yang solid selama bertahun-tahun. Keputusan Manchester United untuk memilihnya didasarkan pada keyakinan bahwa ia memiliki potensi untuk melanjutkan warisan Ferguson. Namun, transisi dari Goodison Park ke Old Trafford ternyata jauh lebih sulit daripada yang diperkirakan banyak orang. Salah satu tantangan utama yang dihadapi Moyes adalah mewarisi skuad yang sudah menua dan kurang memiliki kedalaman di beberapa posisi kunci. Selain itu, ia juga harus berurusan dengan ekspektasi yang sangat tinggi dari para penggemar dan manajemen klub, yang terbiasa dengan kesuksesan yang berkelanjutan di bawah kepemimpinan Ferguson.

Di bawah asuhan Moyes, Manchester United mengalami serangkaian hasil yang mengecewakan. Mereka tersingkir dari kompetisi piala lebih awal dari yang diharapkan dan kesulitan untuk bersaing di Liga Primer Inggris. Gaya bermain tim juga tampak kurangгреческой dan kurang efektif dibandingkan dengan era Ferguson. Beberapa pemain kunci, seperti Wayne Rooney dan Robin van Persie, dilaporkan tidak puas dengan taktik dan pendekatan Moyes. Meskipun Moyes mencoba untuk melakukan perubahan dan membawa pemain baru, seperti Marouane Fellaini, upayanya tidak membuahkan hasil yang signifikan. Pada akhirnya, setelah hanya sepuluh bulan bertugas, Moyes dipecat pada April 2014, meninggalkan Manchester United dalam kekacauan.

Kegagalan Moyes di Manchester United sering dikaitkan dengan kurangnya pengalaman dalam mengelola klub sebesar itu. Meskipun ia telah sukses di Everton, tekanan dan sorotan di Old Trafford jauh lebih besar. Selain itu, ia juga dianggap kurang memiliki karisma dan kemampuan kepemimpinan untuk menginspirasi para pemain dan membangkitkan semangat tim. Beberapa pengamat juga berpendapat bahwa Moyes tidak diberikan waktu yang cukup untuk membangun timnya dan menerapkan visinya. Namun, terlepas dari alasan di balik kegagalannya, masa jabatan Moyes di Manchester United akan selalu dikenang sebagai salah satu periode tergelap dalam sejarah klub.

Louis van Gaal: Filosofi yang Kontroversial

Setelah era singkat Moyes, Louis van Gaal datang dengan reputasi yang mentereng. Pelatih asal Belanda ini dikenal dengan filosofi sepak bolanya yang kuat dan sering kali kontroversial. Van Gaal membawa beberapa pemain baru dan mencoba menerapkan gaya bermain possession-based yang ketat. Meskipun berhasil mempersembahkan gelar FA Cup pada tahun 2016, banyak penggemar yang merasa tidak puas dengan gaya bermain yang dianggap membosankan dan kurang menghibur. Pada akhirnya, Van Gaal dipecat tak lama setelah meraih trofi tersebut.

Louis van Gaal tiba di Manchester United pada musim panas 2014 dengan harapan besar untuk mengembalikan kejayaan klub setelah masa sulit di bawah David Moyes. Dengan rekam jejak yang mengesankan di klub-klub seperti Ajax, Barcelona, dan Bayern Munich, Van Gaal dikenal sebagai seorang pelatih yang tegas, taktis, dan memiliki filosofi sepak bola yang jelas. Ia membawa serta staf pelatih yang berpengalaman dan bertekad untuk membangun kembali tim dari awal.

Salah satu perubahan utama yang dilakukan Van Gaal adalah menerapkan gaya bermain possession-based yang menekankan penguasaan bola dan kesabaran dalam membangun serangan. Ia juga memperkenalkan formasi 3-5-2 yang tidak lazim, yang bertujuan untuk memberikan stabilitas defensif dan fleksibilitas taktis. Namun, gaya bermain ini sering kali dikritik karena dianggap terlalu lambat dan kurang kreatif, membuat para penggemar frustrasi dengan kurangnya gol dan peluang yang diciptakan.

Di bawah asuhan Van Gaal, Manchester United melakukan investasi besar dalam pemain baru, termasuk Ángel Di María, Radamel Falcao, dan Luke Shaw. Namun, tidak semua pemain baru berhasil beradaptasi dengan gaya bermain Van Gaal, dan beberapa di antaranya gagal memenuhi harapan. Di María, misalnya, hanya bertahan satu musim di Old Trafford sebelum pindah ke Paris Saint-Germain. Meskipun demikian, Van Gaal juga berhasil mengembangkan beberapa pemain muda, seperti Marcus Rashford dan Jesse Lingard, yang kemudian menjadi pemain kunci bagi klub.

Salah satu momen terbaik dalam masa jabatan Van Gaal adalah kemenangan di final Piala FA 2016 melawan Crystal Palace. Gelar tersebut mengakhiri penantian panjang Manchester United untuk meraih trofi besar dan memberikan sedikit hiburan bagi para penggemar setelah musim yang mengecewakan. Namun, kemenangan tersebut tidak cukup untuk menyelamatkan Van Gaal dari pemecatan, karena klub gagal lolos ke Liga Champions untuk kedua kalinya dalam tiga musim. Van Gaal dipecat hanya dua hari setelah kemenangan di Piala FA, meninggalkan warisan yang kontroversial di Manchester United.

José Mourinho: Spesialis yang Gagal Membangun Dinasti

José Mourinho, sang "Special One", datang dengan reputasi sebagai pelatih yang mampu memberikan trofi. Benar saja, ia berhasil membawa Manchester United meraih gelar Europa League dan Carabao Cup. Namun, gaya bermain pragmatis dan hubungannya yang kurang harmonis dengan beberapa pemain kunci membuat performa tim tidak konsisten. Mourinho akhirnya dipecat pada Desember 2018 setelah serangkaian hasil buruk.

José Mourinho tiba di Manchester United pada musim panas 2016 dengan harapan besar untuk mengembalikan klub ke puncak sepak bola Inggris dan Eropa. Dengan rekam jejak yang gemilang di klub-klub seperti Porto, Chelsea, Inter Milan, dan Real Madrid, Mourinho dikenal sebagai seorang pelatih yang taktis, pragmatis, dan memiliki kemampuan untuk memenangkan trofi. Ia membawa serta staf pelatih yang berpengalaman dan bertekad untuk membangun tim yang kompetitif dan tangguh.

Salah satu perubahan utama yang dilakukan Mourinho adalah memperkuat lini belakang tim. Ia mendatangkan pemain-pemain seperti Eric Bailly dan Zlatan Ibrahimović untuk menambah kekuatan dan pengalaman di skuad. Mourinho juga menekankan pentingnya disiplin taktis dan organisasi defensif, membuat Manchester United menjadi tim yang sulit dikalahkan. Gaya bermain Mourinho sering kali dikritik karena dianggap terlalu defensif dan kurang menghibur, tetapi ia berpendapat bahwa yang terpenting adalah meraih kemenangan.

Di bawah asuhan Mourinho, Manchester United berhasil meraih beberapa trofi, termasuk Liga Europa, Piala Liga, dan Community Shield. Kemenangan di Liga Europa pada tahun 2017 merupakan pencapaian yang signifikan, karena memberikan Manchester United tiket otomatis ke Liga Champions dan mengembalikan klub ke kompetisi elit Eropa. Namun, meskipun meraih kesuksesan di kompetisi piala, Manchester United gagal bersaing secara konsisten di Liga Primer Inggris. Mereka finis di urutan keenam pada musim pertama Mourinho dan di urutan kedua pada musim berikutnya, tetapi tetap terpaut jauh dari pemuncak klasemen.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi Mourinho di Manchester United adalah hubungannya dengan beberapa pemain kunci. Ia sering kali terlibat perselisihan dengan pemain seperti Paul Pogba dan Anthony Martial, yang menyebabkan ketegangan di ruang ganti. Mourinho juga dikritik karena kurang memberikan kesempatan kepada pemain muda dan lebih memilih pemain yang berpengalaman. Pada akhirnya, setelah serangkaian hasil buruk dan penampilan yang mengecewakan, Mourinho dipecat pada Desember 2018, meninggalkan warisan yang campur aduk di Manchester United.

Ole Gunnar Solskjær: Senyum yang Berujung Pahit

Ole Gunnar Solskjær, legenda klub yang dikenal dengan julukan "Baby-Faced Assassin", datang sebagai caretaker manager pada Desember 2018. Awalnya, kehadirannya membawa angin segar dengan serangkaian kemenangan yang впечатляющих. Solskjær kemudian diangkat menjadi manajer permanen. Sayangnya, performa tim kembali menurun dan ia gagal memberikan trofi yang signifikan. Solskjær dipecat pada November 2021.

Ole Gunnar Solskjær, seorang mantan pemain legendaris Manchester United yang dikenal dengan julukan "Baby-Faced Assassin", kembali ke Old Trafford pada Desember 2018 sebagai manajer sementara setelah pemecatan José Mourinho. Kedatangannya disambut dengan antusiasme yang besar oleh para penggemar, yang berharap ia dapat mengembalikan semangat dan identitas klub yang hilang. Solskjær, yang sebelumnya melatih tim резерв Manchester United dan Molde di Norwegia, dikenal karena kemampuannya dalam memotivasi pemain dan menerapkan gaya bermain menyerang yang atraktif.

Pada awal masa jabatannya, Solskjær berhasil menciptakan dampak yang luar biasa. Manchester United meraih serangkaian kemenangan beruntun di Liga Primer Inggris dan Liga Champions, mengalahkan tim-tim besar seperti Tottenham Hotspur, Arsenal, dan Paris Saint-Germain. Gaya bermain tim menjadi lebih menyerang dan berani, dengan fokus pada kecepatan dan kreativitas di lini depan. Solskjær juga berhasil membangkitkan performa beberapa pemain yang sebelumnya tampil kurang memuaskan, seperti Paul Pogba dan Marcus Rashford.

Kesuksesan awal Solskjær membuatnya diangkat menjadi manajer permanen pada Maret 2019. Namun, setelah penunjukan tersebut, performa tim mulai menurun. Manchester United mengalami serangkaian hasil buruk di Liga Primer Inggris dan tersingkir dari Liga Champions di babak perempat final. Solskjær mencoba untuk melakukan perubahan dan membawa pemain baru, seperti Harry Maguire dan Aaron Wan-Bissaka, tetapi upayanya tidak membuahkan hasil yang signifikan.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi Solskjær adalah membangun tim yang konsisten dan mampu bersaing dengan tim-tim top di Eropa. Meskipun ia berhasil membawa beberapa pemain muda berbakat ke tim utama, seperti Mason Greenwood dan Brandon Williams, Manchester United masih kekurangan pengalaman dan kualitas di beberapa posisi kunci. Solskjær juga dikritik karena kurang memiliki taktik yang fleksibel dan kemampuan untuk mengubah jalannya pertandingan. Pada akhirnya, setelah serangkaian hasil buruk dan penampilan yang mengecewakan, Solskjær dipecat pada November 2021, meninggalkan warisan yang campur aduk di Manchester United.

Ralf Rangnick: Interim yang Tak Memberi Dampak Signifikan

Setelah pemecatan Solskjær, Ralf Rangnick ditunjuk sebagai manajer interim hingga akhir musim 2021-2022. Kedatangannya diharapkan dapat membawa perubahan signifikan dalam taktik dan performa tim. Namun, Rangnick gagal memberikan dampak yang berarti. Gaya bermain yang diterapkan kurang efektif dan tim tetap kesulitan untuk meraih kemenangan. Rangnick kemudian meninggalkan klub pada akhir musim.

Ralf Rangnick, seorang pelatih dan ahli strategi sepak bola asal Jerman yang dikenal dengan julukan "Profesor", ditunjuk sebagai manajer sementara Manchester United pada November 2021 setelah pemecatan Ole Gunnar Solskjær. Kedatangannya diharapkan dapat membawa perubahan signifikan dalam taktik dan performa tim, mengingat reputasinya sebagai pelopor gaya bermain gegenpressing yang menekankan tekanan tinggi dan transisi cepat. Rangnick memiliki pengalaman yang luas dalam mengembangkan klub-klub seperti RB Leipzig dan RB Salzburg, dan diharapkan dapat menerapkan filosofinya di Old Trafford.

Pada awal masa jabatannya, Rangnick mencoba untuk memperkenalkan gaya bermain gegenpressing kepada para pemain Manchester United. Ia menekankan pentingnya merebut bola kembali secepat mungkin setelah kehilangan penguasaan dan menyerang dengan cepat dan terorganisir. Namun, para pemain Manchester United kesulitan untuk beradaptasi dengan gaya bermain baru ini, dan tim mengalami serangkaian hasil yang tidak konsisten. Rangnick juga menghadapi tantangan dalam membangun chemistry dan moral tim, yang telah terpengaruh oleh hasil buruk sebelumnya.

Salah satu masalah utama yang dihadapi Rangnick adalah kurangnya waktu untuk menerapkan filosofinya secara efektif. Sebagai manajer sementara, ia hanya memiliki waktu beberapa bulan untuk bekerja dengan para pemain dan mencoba untuk mengubah gaya bermain tim. Selain itu, ia juga harus berurusan dengan cedera dan masalah kebugaran yang melanda beberapa pemain kunci. Rangnick mencoba untuk melakukan perubahan dan memberikan kesempatan kepada pemain muda, tetapi upayanya tidak membuahkan hasil yang signifikan.

Di bawah asuhan Rangnick, Manchester United gagal lolos ke Liga Champions dan hanya finis di urutan keenam di Liga Primer Inggris. Gaya bermain tim tetap kurang efektif dan kurang menghibur, dan para penggemar frustrasi dengan kurangnya kemajuan. Rangnick juga dikritik karena kurang memiliki karisma dan kemampuan kepemimpinan untuk menginspirasi para pemain dan membangkitkan semangat tim. Pada akhirnya, Rangnick meninggalkan klub pada akhir musim 2021-2022, meninggalkan warisan yang tidak berdampak signifikan di Manchester United.

Erik ten Hag: Era Baru yang Penuh Harapan?

Saat ini, Erik ten Hag menjadi juru taktik Manchester United. Kedatangannya membawa harapan baru bagi para penggemar Setan Merah. Dengan gaya bermain menyerang yang atraktif dan rekam jejak yang sukses di Ajax, Ten Hag diharapkan dapat mengembalikan kejayaan Manchester United. Mari kita tunggu dan lihat bagaimana kiprahnya di Old Trafford!

Erik ten Hag, seorang pelatih asal Belanda yang dikenal dengan gaya bermain menyerang dan taktis yang inovatif, ditunjuk sebagai manajer Manchester United pada musim panas 2022. Kedatangannya disambut dengan antusiasme yang besar oleh para penggemar, yang berharap ia dapat mengembalikan kejayaan klub dan membangun tim yang kompetitif dan tangguh. Ten Hag memiliki rekam jejak yang mengesankan di Ajax, di mana ia berhasil memenangkan beberapa gelar dan mengembangkan pemain muda berbakat.

Salah satu perubahan utama yang dilakukan Ten Hag adalah menerapkan gaya bermain menyerang yang menekankan penguasaan bola, pergerakan yang dinamis, dan kreativitas di lini depan. Ia juga menekankan pentingnya disiplin taktis dan organisasi defensif, membuat Manchester United menjadi tim yang sulit dikalahkan. Ten Hag membawa serta staf pelatih yang berpengalaman dan bertekad untuk membangun tim yang solid dan harmonis.

Di bawah asuhan Ten Hag, Manchester United telah menunjukkan tanda-tanda peningkatan yang signifikan. Mereka berhasil memenangkan Piala Liga pada musim 2022-2023 dan lolos ke Liga Champions. Gaya bermain tim menjadi lebih menyerang dan menghibur, dan para pemain menunjukkan semangat dan determinasi yang tinggi. Ten Hag juga berhasil mengembangkan beberapa pemain muda, seperti Alejandro Garnacho dan Kobbie Mainoo, yang telah menjadi pemain kunci bagi klub.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi Ten Hag adalah membangun tim yang konsisten dan mampu bersaing dengan tim-tim top di Eropa. Manchester United masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan gaya bermain baru dan meningkatkan kualitas di beberapa posisi kunci. Namun, dengan dukungan dari manajemen klub dan para penggemar, Ten Hag memiliki potensi untuk mengembalikan kejayaan Manchester United dan membangun dinasti yang sukses di Old Trafford. Mari kita tunggu dan lihat bagaimana kiprahnya di Manchester United!

Jadi, itulah daftar mantan pelatih MU setelah Ferguson. Semoga artikel ini memberikan informasi yang bermanfaat buat kalian semua, para penggemar sepak bola! Sampai jumpa di artikel berikutnya!